Ada yang bilang, "disyukuri saja karena bisa makan saja sudah bersyukur."
Namun diri ini tidak begitu; masih mencari apa sejatinya hidup. Apakah harus seperti ini terus atau harus lebih baik? Saya rasa bersyukur itu bukan berarti kita menyerah dengan keadaan, tapi mensyukuri apa yang sudah Tuhan berikan, ikhlas atas semua yang Tuhan berikan, dan selalu menjadi yang terbaik untuk ke depan, atau berguna bagi orang lain.
Ada yang bilang semua akan indah pada waktunya. Kadang ada benarnya juga, setelah dirasa memang jika sudah waktunya, maka sesuatu yang kita harapkan akan terwujud. Tapi, tidak dengan hanya menunggu; semua akan terwujud dengan usaha dan doa.
Hidup dari nol memang sulit, walaupun tidak sesulit kehidupan seperti di negara peperangan.
Mereka mungkin lebih menderita dan tidak akan tahu masa depannya seperti apa. Tetapi, di sini juga perang bagiku; hal tersulit yaitu perang melawan diri sendiri. Bukan orang lain, melainkan pikiran kita sendiri. Semua yang sudah dipikirkan kadang hilang karena pikiran lain atau dorongan lain.
Nol itu zero, bahkan tidak tahu masa depan akan seperti apa.
Terlebih, akan minder tidak percaya diri karena pikiran selalu negatif. Uang pun tidak punya. Dari sini terlintas di pikiran, bagaimana caranya supaya masa depan lebih baik, namun diri sendiri yang memaksa untuk tidak memikirkannya walaupun semua berjalan dengan apa adanya.
Untuk melangkah ke angka satu, apakah harus sesuai dengan kejadian di angka nol? Hal inilah yang ada di pikiranku saat ini.
Jika sekarang saya berada di angka dua, berarti masa-masa di angka nol adalah dahulu ketika semua pikiran campur aduk tidak karuan namun hati tetap masih normal. Saya berpikir untuk menjadi angka tiga atau mencapai angka tiga mungkin tidak harus sama dengan apa yang sudah dilakukan di angka nol, satu, dan dua. Jika semua sama, itu kebetulan saja menurutku.
Dan jika semua berbeda, juga memang kebetulan karena setiap kita berencana ada kemungkinan di tengah perjalanan akan membuat rencana lain yang berbeda bahkan menyimpang. Kira-kira, apakah setelah naik level di angka tiga juga harus mulai dari nol lagi? Hal ini juga sedang aku pikirkan.
Karena jika memulai sesuatu yang baru di level yang baru dan berbeda dengan level sebelumnya, mungkinkah harus dari nol lagi seperti dalam permainan?
Namun, pada kenyataannya tidak benar-benar dari nol karena seharusnya jika tidak memaksa naik level, akan ada sesuatu yang sudah dipunyai untuk menghadapi angka tiga misalnya. Misal, di angka nol saya mendapatkan senjata pedang yang berfungsi untuk membunuh lawan agar bisa mendapatkan XP yang lebih banyak dan koin yang banyak pula, seperti dalam permainan.
Namun, ketika di angka satu malah mendapatkan jurus yang ampuh; dalam sekali gebrak tiga musuh mati sekejap.
Sayangnya, ini masih dalam permainan yang sama, berarti pikiran saya salah. Padahal, seharusnya yang saya inginkan adalah mendapatkan senjata di angka dua dan menggunakannya di angka tiga atau level tiga dengan situasi yang berbeda, namun senjata itu bisa digunakan.
Saya sendiri tidak yakin akan apa yang sedang saya pikirkan untuk masa depan yang ingin sekali berbeda dari sekarang. Namun, waktu mungkin akan menjawabnya. Walaupun waktu adalah pemenangnya dengan semakin sedikit waktu yang saya miliki karena setiap detiknya telah dimakan oleh waktu. Tiada yang tidak mungkin jika masih ada di dunia ini, artinya masih hidup, masih sehat, masih normal.
---
Semoga artikel ini lebih mudah dipahami dan dinikmati.
No comments